Dasar-dasar jurnalistik (basics of journalism) merupakan materi pertama yang biasa disampaikan pada pelatihan jurnalistik BATIC. Biasanya disampaikan langsung Ketua BATIC ASM. Romli alias Kang Romel.
Dalam materi ini, peserta mendapatkan wawasan atau pengetahuan dasar tentang jurnalistik, mulai dari sejarah jurnalistik, pengertian jurnalistik, jenis-jenis jurnalistik, karya jurnalistik, keterampilan atau skill jurnalistik, media jurnalistik, perbedaannya dengan media dan pers, hingga jenis-jenis wartawan dan cara menjadi jurnalis.
Materi dasar-dasar jurnalistik ini juga ada di buku yang menjadi “text book” peserta pelatihan jurnalistik BATIC karya Kang Romel, yaitu Jurnalistik Terapan terbitan BATIC Press (2001).
Berikut ini ringkasannya.
Dasar-Dasar Jurnalistik
Sejarah Jurnalistik: Asal-Usul Kata Jurnalistik
Berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno, khususnya masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna” adalah papan pengumuman –sejenis majalah dinding (mading) atau papan informasi sekarang– yang diletakkan di Forum Romanum agar diketahui oleh banyak orang.
Secara harfiyah, Acta Diurna diartikan sebagai Catatan Harian atau Catatan Publik Harian. Menurut Britannica, Acta Diurna mencatat peristiwa penting sehari-hari seperti pidato publik. Itu diterbitkan setiap hari dan digantung di tempat-tempat yang menonjol.
Acta Diurna awalnya berisi catatan proses dan keputusan hukum, lalu berkembang menjadi pengumuman kelahiran, perkawinan, hingga keputusan kerajaan atau senator dan acara pengadilan.
Acta Diurna diyakini sebagai produk jurnalistik pertama sekaligus pers, media massa, atau suratkabar/koran pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Kata atau istilah jurnalistik pun berasal dari Acta Diurna itu. Orang yang menghimpun dan menulis informasi untuk dipublikasikan di Acta Diurna disebut diurnalis.
Dari kata diurna muncul kata du jour (Prancis) yang berarti “hari ” dan journal (Inggris) yang artinya laporan, lalu berkembang menjadi journalism dan journalist (Inggris) serta jurnalistiek (Belanda).
Nah, istilah jurnalistik dalam bahasa Indonesia ini berasal dari bahasa Belanda.. Karenanya, istilah jurnalistik memiliki pengertian yang sama dengan jurnalisme (dari journalism).
Selain Acta Diurna, dalam literatur sejarah jurnalistik juga disebutkan surat edaran pengadilan yang disebut bao, atau “laporan”, yang dikeluarkan untuk pejabat pemerintah di Cina pasa masa Dinasti Tang. Lembaran ini muncul dalam berbagai bentuk dan dengan berbagai nama kurang lebih terus-menerus hingga akhir dinasti Qing tahun 1911.
Momentum sejarah jurnalistik yang melahirkan media cetak –lalu istilah press (pers)– adalah penemuan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg tahun 1950-an. Awalnya, Guttenberg mencetak Alkitab.
Pada perkembangannya, mesin cetak itu menerbitkan media cetak yang kini dikenal dengan surat kabar (newspapers) atau koran.
Surat kabar terbitan reguler pertama kali muncul di kota-kota Jerman dan di Antwerp sekitar tahun 1609. Surat kabar berbahasa Inggris pertama, Weekly Newes, diterbitkan pada tahun 1622. Salah satu surat kabar harian pertama, The Daily Courant, muncul pada 1702.
Kelahiran surat kabar di Jerman memunculkan pula Zeitung Skunde (ZS), yakni pengetahuan tentang persuratkabaran –tatacara menulis di koran yang sekarang dikenal sebagai bagian dari ilmu dan keterampilan jurnalistik atau ilmu komunikasi massa.
Dalam ZS misalnya ada cara menulis berita informasi yang ringkas dan jelas (sekarang terkenal dengan berita lempang straight news).
Tahun 1800-an muncullah Zeitung Wissenschaft.(ZW) yang merupakan ilmu tentang persuratkabaran. Pada waktu itu satu-satunya disiplin yang mempelajari komunikasi massa dengan media (koran). Dari sinilah kemudian muncul ilmu publisistik (ilmu tentang kewartawanan dan media massa;) dan kini jurnalistik.
Halaman berikutnya: Pengertian Jurnalistik